Kopi Sumatera Di Amerika

Muratara Media

Inilah bentuk huku tersebut dengan ilustrasi cover yang hangat

Judul Buku : Kopi Sumatera di Amerika
Penulis : Yusran Darmawan
Penerbit : Noura Books
Cetakan : I, Desember 2013
Tebal : xiii + 251 halaman
ISBN : 978-602-1606-08-7

Saya selalu menyukai gaya menulis Yusran Darmawan di blog, yang tahun silam dinobatkan sebagai Kompasianer of the Year ini. Untaian kalimatnya terangkai rapi dengan narasi yang indah dan menggugah membuat saya selalu merasa betah untuk membacanya dari paragraf pertama hingga paragraf terakhir. Renyah, segar dan inspiratif. Saat mendapatkan kabar bahwa buku karyanya “Kopi Sumatera di Amerika” telah terbit, saya buru-buru memesannya lewat Gramedia Online. Alhamdulillah, minggu lalu, buku ini telah tiba dan segera saya baca tuntas. Meski nyaris semua isi buku yang sebelumnya sudah pernah ditayangkan di blog ini sudah saya baca, namun membacanya kembali sungguh membawa sensasi tersendiri.

Buku “Kopi Sumetera di Amerika” (selanjutnya saya sebut KSDA) ini seakan membawa imajinasi kita “bertamasya” ke sebuah negeri nun jauh dan kerapkali menjadi impian semua orang–termasuk saya 🙂 — untuk mendatanginya. Dengan lincah, Yusran menuturkan pengalamannya mulai di halaman pengantar tentang bagaimana “jasa”ngeblog di Kompasiana yang mengantarkannya memperoleh beasiswa di negeri Paman Sam itu. Yusran bertutur dalam artikel berjudul “Berkat Kompasiana, Dapat Beasiswa Ke Luar Negeri” itu :

Dulunya, aku hanya bisa bermimpi tentang belajar di negeri orang lain. Aku hanya bisa berkhayal, tanpa tahu kapan kesempatan itu akan menyapa. Bahkan ketika para sahabat mengirimkan aplikasi untuk beasiswa, Aku hanya menyaksikannya saja, tanpa sedikitpun keinginan untuk mencoba peruntungan. Aku kerap pesimis saat hendak menjalani sebuah seleksi. Aku sering merasa bahwa diriku bukan tipe orang yang beruntung sebagaimana kisah Aladin penemu lampu wasiat atau Ali Baba yang menemukan gua berisi harta karun. Dua tahun silam, seorang kawan pernah berbisik bahwa saat dirimu tak pernah mencoba, maka dirimu tak pernah punya kesempatan. Maka selagi ada kesempatan, cobalah berbagai peluang. Saat dirimu mencobanya, maka dirimu punya kesempatan untuk mencetak keajaiban. Kalimat ini serupa mantra yang menyalakan sesuatu dalam jiwaku. Ada inspirasi yang tiba-tiba menyelusup. Barangkali, kehidupan adalah sebuah panggung di mana kita mesti menjemput beragam peluang. Kita mesti menghadapi hidup sebagaimana seorang nelayan yang setia menebar jaring di mana-mana. Tak semua jaring akan menghasilkan ikan, namun dengan cara menebar di mana-mana, ia sedang memperbesar peluang. Ia sedang menebar harapan.
Ya, Yusran mengawali buku ini dengan bagaimana ia merentang impian dan kemudian menggapainya sekuat tenaga, tanpa menyerah. Berkat aktifitas ngeblog di Kompasiana, proposalnya untuk mendapatkan beasiswa IFP-Ford akhirnya terwujud. Ia terpilih menjadi salah satu dari 50 pemenang beasiswa IFP (International Fellowship Program) dari ratusan peminat yang mendaftar. Dan dari sinilah rangkaian kisah menarik perjalanan seorang pemancing ikan, putra seorang guru biasa di pulau Buton ini menjalani kehidupan di Amerika berawal.

Ada 5 bab terdapat dalam buku KSDA yang masing-masing berisi 5 sampai 13 artikel. Pada bab pertama bertajuk “Menjemput Takdir”, Yusran menceritakan bagaimana romantika perjalanannya pertama kali menginjak benua Amerika. Saya sempat ikut tegang membaca ketika Yusran menceritakan kegugupannya saat hilangnya tas ransel yang berisi sejumlah dokumen penting sebelum menghadapi proses imigrasi di bandara (“Kerikil-Kerikil Menuju Ohio”, halaman 3). Yang membuat saya tersenyum, saat pemeriksaan imigrasi sang petugas Bandara menanyakan arti kalimat yang tertulis pada baju yang dipakainya”Walaupun Aku Buaya, Namun Aku Sudah Tobat & Menjadi Vegetarian” (halaman 9). Di artikel lain, pada bab yang sama, Yusran mengisahkan kecemasan pada kemampuan bahasa Inggris yang sangat rendah dan bagaimana ia menyiasati kendala tersebut (“Bahasa Inggris Hancur, Cumlaude di Amerika”, halaman 11 & “Ini Soal Kemampuan Bertahan!”, halaman 17). Pada Bab 2 yang bertajuk “Ada Indonesia di Negeri Paman Sam”, Yusran dengan memikat menceritakan sejumlah ikon-ikon Budaya dan sosial di Indonesia begitu dikenal dan sangat populer di Amerika. Lihatlah bagaimana ia menceritakannya dalam artikel “Kuda Lumping di Kuliah Doktor” (halaman 33) atau “Bule-Bule Amerika Cinta Indonesia” (halaman 45). Saya sangat terkesan pada artikel “Petualangan Kosasih di Bumi Amerika” (halaman 63) yang menceritakan bagaimana karya maestro Komik terkenal negara kita RA Kosasih begitu dihargai disana bahkan disimpan di Library of Congress, perpustakaan terbesar dunia yang terletak di jantung kota Washington DC. Tidak hanya itu, di bab ini, Yusran memaparkan kiprah mengagumkan seorang Imam Masjid Terbesar di New York, Syamsi Ali, yang berasal dari Bulukumba Sulawesi Selatan dan dinobatkan sebagai salah satu dari 7 pemimpin agama paling berpengaruh di New York, yang dianugerahkan oleh New York Magazine (“Imam Bugis di Masjid Terbesar New York”, halaman 95)

Di Bab 3 yang berjudul “Tak Selalu Adidaya”, Yusran mengulas fenomena sosial di negeri Paman Sam, mulai dari “Washington DC, Kota yang Muram” (halaman 107) hingga “Syair Lirih Bangsa Indian” (halaman 147). Pada bab ini, saya seakan diajak Yusran berjalan-jalan menyusuri dinamika kehidupan sosial masyarakat Amerika. Saya menyukai bagaimana Yusran mengisahkan kisah Petani di Athens, Ohio yang memiliki posisi yang sejajar dengan semua profesi, berbeda dengan di Indonesia dimana Petani identik dengan kebodohan, kekotoran atau akses pendidikan yang rendah (“Pasar Petani, Pasar Kehidupan”, halaman 143). “Warna Warni Amerika” adalah judul yang tertera di Bab 4. Disini Yusran mengupas keanekaragaman sosial budaya di negeri Paman Sam yang unik dan mengesankan. Saya sempat tercenung membaca artikel “Hidup Mati Perpustakaan Amerika” (halaman 165) yang dengan lugas memaparkan pengelolaan perpustakaan di desa kecil Athens. Disitu, ayah satu anak (Ara) yang juga dinobatkan sebagai Reporter Terbaik Kompasiana 2013 ini menulis:

Sepulang dari situ, aku membayangkan bagaimana nasib perpustakaan di tanah air. Hampir semua orang tahu bahwa di tanah air, perpustakaan umum, apalagi perpustakaan yang berlokasi di daerah adalah tempat yang berdebu dan kusam. Perpustakaan serupa gudang tempat menyimpan buku-buku dengan koleksi yang tidak pernah di-update. Perpustakaan hanya berisi ruang buku, serta ruang baca. Itupun suasananya sangat kusam dan kaku. Sementara di tempat seperti desa kecil Athens di Amerika, perpustakaan adalah jantung kegiatan warga. Perpustakaan dihidupkan oleh komunitas, menjadi tempat berinteraksi, serta membangun keakraban dengan banyak orang. Perpustakaan menjadi tempat memulai aktivitas, baik aktivitas yang berhubungan dengan sharing pengetahuan, ataupun aktivitas bermain, yang juga menguatkan inteligensi seorang anak. Yang mengesankan bagiku adalah kegiatan yang variatif serta menyentuh banyak lapisan usia, serta daya dukung komunitas, yang menjadikan perpustakaan tidak saja sebagai tempat untuk membaca semua buku terbaru, namun juga kesadaran untuk menjaganya bersama, serta mengisinya dengan beragam aktivitas yang bisa menguatkan solidritas serta menjalin keakraban dengan banyak orang.
Di bab pamungkas bertajuk “Cinta Rasa Amerika”, Yusran menyajikan rangkaian keunikan “wajah” Amerika serta interaksi lintas budaya yang ditemuinya. Lihat saja misalnya bagaimana suami dari Dwiagustriani ini menceritakan kisah sahabatnya, Nanang Erma Gunawan yang melakukan prosesi Ijab Kabul dengan calon isterinya melalui fasilitas internet Skype pada Hari Sabtu 6 Oktober 2012 (“Kupinang Kau Dengan Karya Pramoedya”, halaman 223). Di bab ini, Yusran juga menuturkan kenangan indahnya pada kota Athens, Ohio, tempatnya menuntut ilmu (“From Athens With Love”, halaman 243 dan “Perahu Cinta Ohio Tertambat di Bali”, halaman 219)

Sungguh, menyimak untaian cerita Yusran Darmawan dalam buku KSDA ini telah membuka wawasan saya tentang banyak hal tak hanya pada fenomena sosial dan budaya di Amerika belaka, namun juga pesan moral yang kental dikemas dalam rangkaian kalimat yang renyah untuk dicerna. Yusran benar-benar mengeja aksara kehidupan di negeri Paman Sam dengan perspektif kritis dan bernas. Ia tak sekedar mengamati dan mencatat, namun dibuku ini Yusran menyajikan pula inspirasi dan motivasi berharga bagi kita dan bangsa ini. Foto-foto memukau yang ditampilkan dalam buku ini juga menjadi daya tarik tersendiri buat pembaca.

Yang patut jadi perhatian khusus bagi saya adalah, karena buku ini diangkat dari catatan-catatan Yusran di blog dimana memiliki ciri interaktif lewat komentar pembaca dan backlink, mungkin tak ada salahnya jika pada artikelnya ditampilkan pula komentar pembaca pilihan yang tak sebatas hanya menanggapi namun mungkin bisa akan memperkaya tulisan Yusran dengan diskusi intens terkait materi artikel yang disampaikan (sama seperti pada buku “Intelijen Bertawaf”-nya sang Bapak Blogger Kompasiana, Prayitno Ramelan). Akhirulkalam, buku KSDA ini bisa menjadi rujukan kontemplatif, yang ringan dibaca namun penuh muatan makna bagi para pembaca yang ingin mendapatkan inspirasi tentang sisi-sisi kehidupan menarik di Amerika. Selamat untuk Yusran Darmawan ! Saya sungguh menikmati membaca buku ini dan ditunggu buku berikutnya ya 🙂

Sumber foto: Facebook Yusran Darmawan
@tempo.co

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

Lima Buku Biografi Ilmuan Yang Mesti Dibaca

Lima Buku Ilmuan Yang Mesti Dibaca

JENDELA ILMU – Salah satu jendela untuk memahami manusia sekaligus tempat kita becermin diri ialah kitab-kitab biografi jujur, yang bukan hanya mengisahkan kehebatan sosok yang ditulis, tapi juga kelemahannya sebagai manusia. Betapa sering buku biografi hanya mengisahkan prestasi, keunggulan, penderitaan dan bagaimana sang tokoh mengatasinya untuk membangkitkan simpati pembaca, tapi menyembunyikan ambisi, rasa iri, juga kesalahan.

Kitab biografi ilmuwan pada galibnya juga seperti itu. Namun, selalu saja ada penulis yang mengungkapkan kedua sisi hidup mereka. Sebab, betapapun jeniusnya seorang Albert Einstein, ia manusia yang tidak luput dari ambisi, ketidakpedulian, juga amarah. Einstein menyadari bahwa ia tidak begitu hebat dalam menuangkan gagasan ke dalam perumusan matematis dan ia berutang budi kepada kawan-kawan dekat yang membantu merumuskannya.

Terdapat beberapa kitab yang layak dibaca, sebagian di antaranya ialah biografi Albert Einstein, Leonardo da Vinci, John Nash, Galileo Galilei, maupun Richard Feynman. Buku-buku tentang mereka ditulis begitu manusiawi. Salah satunya bisa menemani Anda melewati hari libur.

EINSTEIN, Walter Isaacson

Kita harus memperlakukan Einstein bukan sebagai august scientific priest, tulis Walter Isaacson, melainkan pembangkang yang memburu rahasia di balik harmoni alam. Dorongan untuk mempertanyakan otoritas, sikap berandalan dalam menghadapi keteraturan, dan kurang menghormati kearifan umum berkontribusi bagi pencapaian Einstein dalam fisika.

Isaacson memotret Einstein sebagai manusia—orang hebat yang punya kelemahan, merasakan kegetiran hidup, kegagalan dalam perkawinan, tapi juga punya selera humor yang hangat. Ia sanggup membicarakan gagasan hingga larut malam sembari menikmati kopi kental dan mengisap cerutu kertas, lalu menggesek biola. Ia bukan sejenis ilmuwan yang hanya mengurung diri.

Banyak sudah orang menulis tentang Einstein, tapi Isaacson memberi konteks yang lebih menjelaskan ihwal pencapaian ilmiah Einstein dalam relasinya dengan orang-orang terdekat serta semangat zaman yang menyertainya. Isaacson memberi tempat berharga bagi orang-orang di sekeliling jenius ini. Mileva Maric, teman kuliah dan istri pertama Einstein, Herman Minkowski, serta Michele Besson sangat berperan dalam memeriksa dan membantu perumusan matematis gagasan Einstein.

THE SCIENCE of LEONARDO, Fritjof Capra

The Science of Leonardo mengisahkan kehidupan Leonardo da Vinci, seorang jenius asal Florence, Italia. Fritjof Capra, fisikawan yang menulis buku ini, sanggup menyalakan api hidup dan kehebatan karya tokoh Renainsans Eropa ini.

Orang mungkin lebih mengenal Leonardo sebagai pelukis—siapa yang tak pernah mendengar Monalisa? Tapi lelaki ini punya sisi lain yang jarang diungkap. Walaupun ia meninggalkan buku-buku catatan tebal dan penuh diskripsi rinci tentang eksperimen-eksperimennya, gambar-gambar cemerlang, dan analisis mendalam atas temuan-temuannya, namun hanya ada sedikit buku tentang sains Leonardo.

Sebagai ilmuwan dan insinyur, Leonardo memiliki keunikan yang tiada tara. Kehebatan visualnya yang selalu dipujikan telah membedakannya dari ilmuwan dan insinyur yang lain. Studinya mengenai anatomi lengan memperlihatkan gambar tangan yang detail, halus, dan dilengkapi dengan catatan-catatan mengenai fungsi-fungsi bagian lengan itu. Begitu pun ketika ia mempelajari pembuluh darah. Pendekatan Leonardo terhadap pengetahuan ilmiah bersifat visual, pendekatan seorang pelukis.

Lewat studinya yang cermat, Capra menunjukkan bahwa dengan bangkitnya pemikiran sistemik yang menekankan pada jaringan, kompleksitas, dan pola-pola organisasi, kita dapat lebih mengapresiasi kekuatan sains Leonardo dan relevansinya dengan dunia modern kita. Capra memperkaya kisah hidup pria flamboyan dari Florence ini dengan balutan pertikaian kekuasaan, intrik-intrik istana, persaingan di kalangan seniman dan ilmuwan, dan menyajikannya dengan jernih dan memukau.

GALILEO’S DAUGHTER, Dava Sobel

Masih tentang ilmuwan dari abad pertengahan, karya Dava Sobel ini tak kalah menarik. Melalui risetnya yang ekstensif atas surat-surat yang ditulis oleh Maria Celeste, Sobel menggambarkan ketegangan batin yang dialami oleh Galileo Galilei. Celeste adalah putri Galileo yang selalu memompakan semangat hidup bagi ayahnya.

Galileo’s Daughter mengisahkan dengan begitu haru hubungan antara ayah dan anak perempuannya, yang memilih jadi biarawati, serta ketegangan antara iman dan kebenaran ilmiah di awal perkembangan sains modern. Di dunia sains, nama Galileo ditulis dengan tinta emas karena metoda eksperimennya, sementara pemuka Gereja menghukum Galileo karena pandangan heliosentrisnya.

Galileo bekerja keras menunjukkan bahwa alam semesta yang berpusat pada Matahari merupakan gagasan lama, merujuk kembali ke zaman Pythagoras pada abad ke-6 SM, hingga berabad-abad kemudian dinyatakan kembali oleh Copernicus. “Usaha untuk menyembunyikannya hanya akan membuatnya tersingkap makin jelas dan terang,” tulis Galileo.

Dalam latar pertarungan gagasan, intrik politik, juga pengaruh kuat Gereja, Sobel menampilkan gambaran Galileo sebagai seorang ayah. Surat-surat Maria Celeste, agaknya, menjadi obat yang menghibur dan menguatkan hatinya di tengah pertarungan yang tidak seimbang itu.

A BEAUTIFUL MIND, Sylvia Nasar

A Beautiful Mind merupakan karya biografi lain yang sayang untuk dilewatkan. Sylvia Nasar memulai ceritanya yang panjang mengenai John Forbes Nash Jr. dengan memotret sebuah adegan. “Nash teronggok dalam sebuah kursi berlengan di salah satu sudut ruang tunggu rumah sakit, mengenakan kemeja nilon yang tidak rapi dan asal menggantung pada tubuhnya di atas celana tak berikat pinggang…,” tulis Nasar.

George Mackey, tamu yang mengunjungi John Nash, adalah professor di Universitas Harvard. Lama menunggu di depan John tanpa sepatah katapun terucap membuat Mackey mulai kesal. “Bagaimana mungkin,” ujarnya, “bagaimana mungkin Anda, orang matematika, yang berkomitmen terhadap akal sehat dan bukti-bukti bernalar.. bagaimana mungkin Anda percaya bahwa makhluk luar angkasa telah mengirim pesan kepada Anda?”

John Nash bukan tengah dirawat karena sakit jantung, melainkan karena didiagnosis menderita skizofrenia. Di usia 31 tahun, tatkala sedang berada di puncak kariernya sebagai matematikawan dan belum lama menikah, John terperangkap di dalam khayal-khayal yang menyiksa. Berulang kali ia harus meringkuk di balik tembok rumah sakit jiwa.

Selama tiga puluh John menjadi sosok yang asing dan sesekali muncul bak hantu di kampus Princeton University. Selama itulah, John tenggelam dalam kehidupan yang dituturkan kembali oleh Sylvia dengan amat menyentuh. Hingga kemudian, di masa tuanya, keajaiban terjadi: John sembuh dan meraih Hadiah Nobel untuk sumbangannya yang cemerlang tentang teori permainan. Russel Crowe memerankan karakter John Nash dengan bagus dalam film yang diangkat dari karya Sylvia Nasar ini.

GENIUS, James Gleick

Dalam kemashurannya sebagai fisikawan penting abad ke-20, ada sisi kehidupan lain dalam diri Richard Feynman, yakni cintanya kepada Arline Greenbaun. Wanita ini adalah gadis impiannya sejak SMA di New York City, menemaninya berdansa saat Feynman kuliah di MIT, dan menjadi teman hidup saat fisikawan ini menempuh jenjang kuliah yang lebih tinggi di Princeton University.

Hingga akhirnya situasi berubah ketika Arline diketahui mengidap lymphatic tuberculosis. Ketika itulah Feynman justru menikahinya di tengah tentangan orangtua. Tak lama kemudian, Arline memasuki sanatorium sementara Feynman bekerja di Los Alomos. Nyaris setiap akhir pekan, Feynman meminjam mobil dan mengendarainya untuk menjumpai Arline. Kondisi Arline memburuk, hingga empat tahun setelah perkawinan, ia meninggal.

Feynman menceritakan pada temannya bahwa tak seorang pun dapat memahami rasa senangnya menemani Arline pada tahun-tahun akhir kehidupannya. Dua tahun setelah kematian Arline, Feynman menulis untuk Arline: “Sukar bagiku untuk memahami dalam benakku apa artinya mencintaimu setelah engkau mati—namun aku masih merasa nyaman dan memperhatikanmu—dan aku ingin engkau mencintaiku dan mempedulikanku.” ***

TEMPO.CO| INDONESIANA

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

Sumber Rujukan Bacaan Ilimia Online

jpeg 0i

 

Bagi Mahasiswa, akademisi, peneliti, dan masyarakat literer, yang ingin mengakses informasi ilmiah digital silakan akses link-link digital di bawah ini. Di dalamnya terkandung berbagai karya ilmiah hasil kajian dan penelitian yang dapat dimanfaatkan secara “free” (open access). Referensi digital ini merupakan layanan digital yang dimiliki oleh setiap Perpustakaan Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia untuk didiseminasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan . Link dari beberapa referensi digital ini, dapat diakses di:

Universitas Sumatera Utara (USU), di http://repository.usu.ac.id
Univeristas Komputer Indonesia (UNIKOM), di http://dir.unikom.ac.id/
Universitas Brawijaya (UNIBRAW), di http://elibrary.ub.ac.id/
Institur Teknologi Surabaya (ITS), di http://digilib.its.ac.id/
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), di http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori
Universitas Bisnis Nusantara (BINUS), di http://eprints.binus.ac.id/
Institut Pertanian Bogor (IPB),di http://repository.ipb.ac.id/
Universitas Diponegoro (UNDIP), di http://eprints.undip.ac.id/
Universitas Udayana (UNUD), di http://ejournal.unud.ac.id/new/home.html
Universitas Islam Indonesia (UII), di http://journal.uii.ac.id/
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), di http://publikasi.umy.ac.id/
STMIK-AMIKOM Yogyakarta, di http://research.amikom.ac.id/
Universitas PETRA Surabaya, di http://puslit.petra.ac.id/
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jatim, di http://eprints.upnjatim.ac.id/
Universitas Kanjuruhan Malang (UKM), di http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id/
Universitas Indonesia ( UI), di http://jsi.cs.ui.ac.id/index.php/jsi
Universitas Padjajaran (UNPAD), di http://pustaka.unpad.ac.id/
Semoga membantu kegiatan ilmiah anda semua, salam…!!!

Sumber LIPI Indonesia

Foto ilustrasi.

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

Sekilas Sinopsis Buku “Mudahkan Jangan Susahkan”

Muda jpeg
Penulis:Syed Alwi Alatas
Terbitan:Galeri Ilmu Sdn Bhd
Tahun:2012

MUDAHKAN JANGAN SUSAHKAN – Buku ini merupakan buku ketiga Syed Alwi yang saya ladeni selepas Bila Allah Menduga Kita(2010) dan Senyumlah Apapun Masalahmu Ia Pasti Akan Berlalu(2011).

Buku ini adalah sebuah karya motivasi Islam yang dipenuhi dengan kisah-kisah benar yang dilalui penulis dan orang terdekat beliau juga kisah tauladan dari sirah,zaman silam dan selainnya.Kesemua kisah tersebut mengandungi tauladan yang tidak terhingga nilainya kerana ia memperingatkan kita tentang kesukaran dan kemudahan.

Ringkasnya saya melihat pengalaman selepas membaca buku ini sangat unik sekali.Ia bagaikan satu sinambungan kepada Senyum.

Buku ini memberi kesedaran supaya kita semua melihat sesuatu perkara itu mudah,walaupun terkadang ada perkara susah dilalui seperti perkara yang baru pertama kali dilakukan,perkara yang tidak suka dilakukan atau perkara yang tidak suka untuk dilakukan atau dilalui jadi, kita perlu belajar meraikan pengalaman-pengalaman baru dalam hidup kita.Lantaran ia akan dapat dilalui dengan lebih mudah.

Sungguhpun demikian,bukan semua perkara boleh kita pandang mudah.Perkara tentang dosa pahala,halal haram bukan perkara yang boleh dibuat main-main atau dipemudahkan-mudahkan.Contoh sudah Allah tetapkan solat Zohor empat rakaat tidak bolehlah kita mudahkan jadi tiga,dua dan sebagainya.Kalaupun menjadi dua rakaat pada keadaan tertentu keadaan yang membolehkan solat qasar.

Ada kalanya,kita mempunya sikap terlalu memikirkan perkara yang belum tentu kita lalui.Terkadang memikirkannya secara berlebihan mendatangkan keburukan kepada kita seperti terlalu risau kalau sakit,kalau rumah dimasuki pencuri,kalau gagal dalam peperiksaaan dan sebagainya sedangkan perkara tersebut belumpun dilalui lagi.Untuk itu kita perlu banyak beristighfar dan menggantungkan tawakal kepada Allah.Lantaran itu kita turut perlu berusaha seperti menjaga kesihatan,mengambil langkah-langkah keselamatan juga berusaha untuk menghadapi peperiksaan berbanding hanya rasa takut tanpa sebarang persediaan atau persiapan.

Sedang kita tidak suka orang menyusahkan kita maka kita juga sama,perlu memudahkan urusan orang lain seperti kita suka orang lain memudahkan urusan kita.Nah!pada detik membaca bahagian ini saya terbayangkan kadang-kadang prosedur yang pelbagai dan karenah birokrasi sangat menyusahkan pelanggan misalnya,namun dari satu sudut yang lain prosedur yang adakala menyusahkan itu ada pula kebaikannya.

Ada masanya dalam kehidupan kita,kita terpaksa melalui kesusahan.Kita perlu lalui kesusahan itu tanpa kompromi.Dalam keadaan-keadaan tertentu Allah menguji kita dengan kesusahan,pasti mereka yang bertabah tidak dipersia-siakan nilai ketabahan mereka itu oleh Allah SWT.Pada saat kita ditimpa sesuatu,mari kita sama-sama tanamkan pertahanan bahawa Allah sedang memilih kita untuk diberi pahala yang berlimpah-ruah.Pada satu ketika yang lain kita diberi dengan kesenangan,bolehkah kita bersyukur?Jadi mungkin ada lebih baiknya kita diuji supaya kita lebih mensyukuri sesuatu yang kita punyai.

Apatah lagi,jika kita bandingkan kesusahan yang kita lalui tidaklah sehebat yang Rasulullah saw lalui.Jika kita difitnah pula,tidaklah sedahsyat fitnah yang dihadapi Nabi Allah Yusuf.Itulah antara cara untuk kita lebih bersyukur tatkala membandingkan kesusahan kita dengan para aulia ‘alaihimusolatu wassalam.

Ringkasnya,kesusahan yang Allah berikan pada kita,ternyata bersesuaian dengan kemampuan kita menghadapinya.Yakinlah dengan itu,yakinlah dengan pertolongan Allah.Jika kita pening-peningkan kepalapun,ia tidak mampu mengubah sesuatu yang susah menjadi senang,bahkan mungkin jadi lebih susah lagi.

Amalkan doa supaya Allah tidak menimpakan sesuatu yang diluar kemampuan kita.Dan…cubalah kita renung-renungkan adakalanya kita tidak tersedar kita telah melalui beberapa siri kesedihan dan kedukaan,itulah tanda Allah sedang berkomunikasi dengan kita dan beruntunglah bagi mereka yang mengambil peluang keemasan ini dengan tabah dan redha.

Sebagai penutupnya,mari kita tanamkan dalam diri semangat,aku boleh,dengan bantuan Allah SWT,InsyaAllah semuanya akan jadi senang dan mudah.

Ditulis oleh:ulasan buku

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

Judul buku best seller di tahun 2014

Inilah nama-nama judul buku best seller di awal tahun 2014, cacatan harga pertama merupakan harga asal dan angka harga terakhir setelah didiskon:

-01-55-29Judul : Manusia Setengah Salmon
No. ISBN : 9789797805319
Penulis : Raditya Dika
Penerbit : GagasMedia
Tanggal terbit : Desember – 2011
Jumlah Halaman : 272
Jenis Cover : Soft Cover
Kategori : Umum
Text Bahasa : Indonesia
Harga buku : Rp 42.000 Hemat Rp 6.300 => Rp 35.700 –

3-15-01-55-35-1Judul : 7 Keajaiban Rezeki No. ISBN : 9789792769234 Penulis : Ippho D. Santosa Penerbit : Elex Media Komputindo Tanggal terbit : April – 2010 Jumlah Halaman : – Jenis Cover : Soft Cover Kategori : Motivasi Bonus : CD Text Bahasa : Indonesia Harga buku : Rp 84.800 Hemat Rp 12.720 => Rp 72.080

5-01-55-39-1Judul : Dua Tangis dan Ribuan Tawa No. ISBN : 9786020011813 Penulis : Dahlan Iskan Penerbit : Elex Media Komputindo Tanggal terbit : November – 2011 Jumlah Halaman : 364 Jenis Cover : Soft Cover Kategori : Pengembangan Diri i Text Bahasa : Indonesia Harga buku : Rp 64.800 Hemat Rp 9.720 => Rp 55.080

-55-39-2Judul : Tiga Manula Jalan-Jalan Ke Singapura
No. ISBN : 9789799104045
Penulis : Benny Rachmadi
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tanggal terbit : 2011
Jumlah Halaman : 96
Jenis Cover : SOFT COVER
Kategori : Humor
Text Bahasa : Indonesia
Harga buku : Rp 50.000 Hemat Rp 7.500 (15%) => Rp 42.500

2014-03-15-01-55-44-1Judul : Kisah 1001 Serba Pertama Di Dunia No. ISBN : 9789790816374 Penulis : Reza Rahadian Penerbit : Grasindo Tanggal terbit : Desember 2011 Jumlah Halaman : 204 Jenis Cover : SOFT COVER Bonus : CD Kategori : Aktivitas & Pra Sekolah Text Bahasa : Indonesia Harga buku : Rp 69.000 Hemat Rp 10.350 (15%) => Rp 58.650 –

5-01-55-48-1Judul : Hafalan Shalat Delisa No. ISBN : 9793210605 Penulis : Tere Liye Penerbit : Republika Tanggal terbit : 2005 Jumlah Halaman : 248 Jenis Cover : SOFT COVER Bonus : – Kategori : Islam Text Bahasa : Indonesia Harga buku : Rp 46.000 Hemat 6.900 => Rp 39.100

01-55-52-1Judul : Your Journey to be the Ultimate U No. ISBN : 9789797096113 Penulis : Rene Suhardono Penerbit : Kompas Tanggal terbit : Desember 2011 Jumlah Halaman : 312 Jenis Cover : SOFT COVER Kategori : Pengembangan Diri Text Bahasa : Indonesia Harga buku : Rp 72.000 Hemat Rp 10.800 (15%) => Rp 61.200

-55-55-1Judul : Mimpi Sejuta Dolar No. ISBN : 9789792274813 Penulis : Alberthiene Endah Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tanggal terbit : September – 2011 Jumlah Halaman : 388 Jenis Cover : SOFT COVER Kategori : Motivasi Text Bahasa : Indonesia Harga buku : Rp 63.000 Hemat Rp 9.450 => Rp 53.550

S-56-01-1Judul : Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari dengan Otak Kanan
No. ISBN : 9789792793291
Penulis : Ippho D. Santosa
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tanggal terbit : Februari – 2011
Jumlah Halaman : 144
Jenis Cover : SOFT COVER
Kategori : Motivasi
Text Bahasa : Indonesia
Harga buku : Rp 69.800 Hemat Rp 10.470 => Rp 59.330

Sc-15-01-56-06-1Judul : 13 Wasiat Terlarang : Dahsyat Dengan Otak Kanan
No. ISBN : 9789792725261
Penulis : Ippho D. Santosa
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tanggal terbit : 2008
Jumlah Halaman : 260
Jenis Cover : SOFT COVER
Kategori : Manajemen
Text Bahasa : Indonesia
Harga buku : Rp 82.800 Hemat Rp 12.420 => Rp 70.38

Narasumber & info selengkapnya.
tohazakaria.

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

BUKU PERANG BINTANG 2014

BUKU PERANG BINTANG 2014

Judul Buku : Perang Bintang 2014 : Konstelasi dan Prediksi Pemilu dan Pilpres
Penulis : Burhanuddin Muhtadi (Pengamat Politik Lembaga Survei Indonesia/LSI)
Tahun Terbitan : Pebruari, 2013
Tebal Buku : 341 halaman (termasuk biodata penulis dan lampiran-lampiran)
Penerbit : Noura Books (PT MizanPublika)
Peresensi : Otjih Sewandarijatun (alumnus Udayana, Bali)

Buku yang di tulis oleh Burhanuddin Muhtadi ini menguraikan secara panjang lebar tentang konstelasi dan kontestasi Capres menjelang Pemilu 2014, koreksi yang mendalam terkait sistem Pemilu termasuk urgensi redesign sistem kepartaian, kartel politik dan oligarki parpol, korupsi politik, sampai kepada deparpolisasi dan ancaman golput pada Pemilu 2014.

Fokus buku ini lebih banyak diarahkan pada memotret konstelasi dan prediksi pemilu legislatif dan presiden pada 2014 mendatang, dan buku yang merupakan kumpulan artikel atau makalah yang ditulis oleh Burhanuddin Muhtadi ini menyebabkan terjadinya “pengulangan tulisan” dari bab ke bab atau dengan kata lain akibat keragaman topik yang ditulis, maka terkesan kurang fokus, namun hal ini diakui oleh penulis (halaman 4), namun secara keseluruhan buku ini sangat menarik.

Sisi menariknya dari buku ini adalah banyaknya teori-teori politik dan komunikasi massa yang digunakan untuk menganalisis semua permasalahan yang ditulis atau disajikan dalam buku ini, seperti misalnya dalam mengulas konstelasi dan kompetisi partai dan capres menuju 2014, Burhanuddin Muhtadi memakai teori stabilitas parpol yang dikemukakan Campbell serta teori revolusi media yang disampaikan Michael Bauman. Menurut Campbell dkk (1960), secara teoritis, kontinuitas atau stabilitas parpol dapat terjadi bila pemilih mengidentikkan diri dengan partai.Bila hanya sedikit yang memiliki party ID, dukungan pada partai lemah dan bergejolak, sedangkan berdasarkan teori revolusi media atau telepolitics yang disampaikan Michael Bauman (2007) yaitu bergesernya peran partai dan munculnya dominasi media, terutama TV dalam memersuasi publik (halaman 15).

Menurut Burhanuddin Muhtadi, menjelang Pemilu 2014 dan Pilpres 2014, publik Indonesia dihadapkan pada dua pilihan sulit yaitu pemilih di fait accompli oleh pilihan capres yang “4L (lu lagi lu lagi)” atau nama-nama baru capres yang dinilai memiliki kemampuan baik, bersih dari korupsi dan kejahatan HAM, namun namanya belum muncul kepermukaan (hal 19).

Buku ini jug amenyoroti soal “pernikahan politik” antara Edhie Baskoro Yudhoyono-Aliya Rajasa serta proses mentorship atau dinasti politik. Berdasarkan studi yang dilakukan Dante Simbulan (2007), terhadap elit politik di Filipina tahun 1946 hingga 1963 menunjukkan bahwa dari 169 keluarga berpengaruh, lahir 584 pejabat publik, termasuk 7 presiden, 2 wapres, 42 senator dan 147 anggota DPR. Di India, Filipina dan AS, dinasti politik malah dianggap sebagai proses mentorship dimana tokoh politik akan menularkan pengalamandan “proses pembelajaran” secara langsung kepada anggota keluarganya. Sebaliknya, publik di Indonesia lebih menyoroti aspek negative politik dinasti, yakni macetnya sirkulasi kepemimpinan dan munculnya oligarki karena dominasi segelintir elit (halaman 27).

Capres yang akan maju pada Pilpres 2014 harus mengetahui perilaku pemilih melalui model sosiologis. Asumsi dasar teori ini adalah “siapa kita ekuivalen dengan pilihan kita”. Oleh karena itu, karakteristiksosiologissepertiusia, etnis, agama, gender, pendapatan dan pendidikan menjadi faktor prediksi yang berguna untuk menjelaskan perilaku pemilih (Lazarsfeld, dkk, 1954).

Pilpres 2014 memiliki nilai strategis bukan saja dilihat dari banyaknya stok capres, baik dari kubu tua maupun muda, tetapi juga signifikansinya terlihat dari keharusan adanya regenerasi kepemimpinan nasional. Oleh karena itu, kemenangan parpol yang baik harus karena institusional appeal bukan personal appeal, karena parpol yang terlalu bertumpu pada figur, aka nmudah sekali terhempas oleh gejala gelembung politik (bubble politics). Institutional appeal tergantung kepada persepsi, karena politik adalah persepsi. Dalam politik, perception is much more important than fact. Politik adalah masalah kepercayaan dan legitimasi sosial di mata masyarakat. (halaman 42).

Konvensi yang dilakukan sebuah parpol merupakan salah satu indikator utama demokratisasi internal parpol. Konvensi juga berfungsi sebagai solusi pragmatis, bahkan konvensi terbuka capres bisa menjadi terobosan penting untuk mengembalikan citra partai yang terpuruk. Menurut Serra (2006), proses seleksi calon pejabat public termasuk capres dapat dilakukan dengan dua mekanisme yaitu demokratis atau non demokratis. Model non demokratis biasanya melalui negosiasi pintu tertutup atau dikenal dengan istilah smoke filled rooms yaitu keputusan parpol dimonopoli oleh segelintir pengurusnya tanpa adanya primary elections.

Yang patut diwaspadai di tahun 2014 adalah kemungkinan munculnya gejala deparpolisasi. Deparpolisasi adalah gejala psikologis yang menghilangkan kepercayaan publik atas parpol. Dalam leksikon ilmu politik, gejala ini bisa dilihat dari dua dimensi penghubung pemilih dengan partai : identifikasi diri dengan parpol (dimensiafeksi) dan evaluasi massa pemilih atas fungsi intermediasi partai (dimensirasional), sebagaimana dikemukakan Biorcio dan Mannheimer (1995 : 206-26).

Buku ini juga membahas kerentanan rangkaian proses pemilu yang dapat menimbulkan masalah. Menurut Guy S Goodwin-Gill, ada sepuluh rangkaian dalam proses pemilu yang rentan mendatangkan masalah : 1) sistemdan UU Pemilu 2) pembatasan konstituen 3) pengelolaan pemilu 4) hak pilih 5) pendaftaran pemilih 6) pendidikan kewarganegaraan dan informasi kepada pemilih 7) calon, partai dan organisasi politik, termasuk pendanaan 8) kampanye pemilu, termasuk perlindungan dan penghormatan HAM, pertemuan-pertemuan politik, akses serta liputan media 9) pencoblosan, pemantauan dan hasil pemilu 10) penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa (halaman 93).

Namun, ada prediksi yang menarik dari Burhanuddin Muhtadi yaitu “jika Jokowi dipaksakan maju dalam perhelatan 2014 justru menjadi boomerang, karena akan mengonfirmasi tudingan banyak orang bahwa Jokowi bukanlah figur yang amanah (halaman 90).

Diakhir buku ini, Burhanuddin Muhtadi meminta agar media massa melakukan inisiasi kolektif untuk membantu meningkatkan popularitas tokoh-tokoh yang berkualitas dan memiliki track record baik sehingga bisa dikenal dan dipilih pemilih secara luas. Saat ini, tokoh alternatif belum memiliki bargaining position yang baik, karena popularitasnya sangat rendah dan hanya dikenal oleh kalangan menengah terdidik. Jika peluang tokoh alternatif untuk menang dalamP emilu 2014 kecil, tidak usahlah bermimpi menjadi Presiden (halaman 333).

Narasumber:
The global review.com
Image, rimanews.com

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

Sinopsis Buku Biografi Terbaru Tan Malaka

Sinopsis Buku Biografi Terbaru Tan Malaka

Sumber: Buku Biografi Tan Malaka Karya Masykur Arif Rahman

Pada bulan November 2013, diterbitkan sebuah buku biografi yang menarik, yang dapat kita cari di toko buku-toko buku besar seperti Gramedia, Gunung Agung, dan lainnya.

Sebuah buku karya Masykur Arif Rahman terbitan Palapa. Sebagaimana nampak pada gambar cover diatas, buku tersebut berjudul “TAN MALAKA, Pahlawan Besar Yang Dilupakan Sejarah”.

Buku ini sekilas bagi saya mirip dengan buku-buku biografi nya pahlawan Revolusi Kuba yang terkenal juga sebagai simbol anti kapitalisme masa kini, Ernesto “CHE” Guevarra.

Sehingga setelah membaca buku ini saya menyimpulkan sendiri bahwa kebesaran dan kisah petualangan politik Tan Malaka sebanding dan tak kalah impresif nya dibandingkan dengan biografi Che Guevara yang kini lebih mendunia.

Jika Che, sebelum dan sesudah kemenangan Revolusi Komunis Kuba di tahun 1958, adalah seorang petualang kemanusiaan dan politik, menjadi dokter sekaligus aktif dalam berbagai gerakan-gerakan perlawanan terhadap kediktatoran imperialis dan kalpitalis di berbagai negara Amerika Latin, dari Argentina, Chile, Peru, Venezuela, terus ke arah Amerika Tengah hingga akhirnya bertemu Fidel Castro muda di Mexico sebelum memulai revolusi Kuba dengan kekuatan 85 orang partisan yang bersejarah tersebut.

Maka Tan Malaka, berkelana bermodalkan ijazah Akta Guru nya yang ia peroleh dari Belanda. Sehingga seorang lulusan Eropa, kala itu, akan menjadi guru terpandang dengan pola pikr majunya di sebagian besar negara-negara Asia yang masih dikungkung penjajahan seperti Hindia Belanda, China, Birma, Singapura dan Filipina

Sumber: Tan Malaka dan Che Guevara (gamil opinion.blogspot.com)
Putra Minangkabau sejati bergelar Datuk

Bernama kecil Ibrahim, diberi gelar Datuk Sutan Malaka pada usia 16 tahun di tahun 1913, kelahiran Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota.

Tahun kelahiran Tan Malaka, menurut buku ini tidak ada yang dapat dibuktikan kesahihannya.

Dari resensi di buku Poeze bahkan ditemukan catatan sejarah pengakuan tahun kelahiran Tan Malaka adalah 1893, 1894, 14 Oktober 1894, 1896, 1897, atau 2 Juni 1897.

Hal itu dikarenakan sang tokoh revolusi Asia di masa petualngan politiknya sejak tahun 1917 hingga 1942, selalu bergonta-ganti identitas, berpindah-pindah tempat, dan berganti-ganti pekerjaan demi menghindari kejaran polisi dan intelijen di berbagai negara yang disinggahinya, oleh karena aktivitas nya sebagai salah satu pencetus gerakan Partai Komunis di Asia Tenggara, bukan lagi di Indonesia.

Buku ini banyak mengambil materi dari buku karangan penulis biografi Tan Malaka yang paling lengkap hingga saat ini yaitu jurnalis Australia bernama Harry A. Poeze dengan bukunya yang berjudul Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik.

Menarik, setelah membaca buku ini kita akan mendapatkan bukti-bukti bahwa, berbeda dengan Che yang mengakhiri hidupnya sebagai komunis sejati, maka Tan Malaka masih menggunakan sisi religius sebagai seorang putra Minangkabau.

Hal ini tercermin dalam sebuah quote nya di hadapan para interogator politiknya semasa di Hong Kong tahun 1932 yang mengatakan bahwa “Di hadapan Tuhan saya adalah seorang Muslim, di hadapan rakyat jelata saya adalah seorang komunis”.

Komunis bagi Tan Malaka bukanlah paham atheis anti Tuhan sebagaimana yang dianut oleh sebagian besar negara komunis saat ini.

Paham Komunis yang didalami Tan Malaka dari buku-buku Karl Marx dan Engels yang ia lahap semasa pembuangan di Belanda pada tahun 1922, adalah paham keadilan dan kesejahteraan bersama bagi umat manusia, terbebas dari kediktatoran dan penindasan politik…..sehingga baginya tujuan utama Partai Komunis Indonesia yang sempat dipimpinnya di awal tahun 1920-an bersama Muso adalah, kemerdekaan 100% bagi rakyat Indonesia, dan untuk pertama kalinya seorang politikus Indonesia di masa kolonial Belanda berani menyebut kata-kata “Republik Indonesia” adalah dari mulut Tan Malaka.

Itulah sebabnya bagi para proklamator dan pahlawan kemerdekaan Indonesia seperti Ir. Soekarno, Muhammad Yamin, dan Jendral Soedirman, Tan Malaka adalah guru besar mereka.

Bahkan bagi Bung Karno, Tan Malaka memiliki arti khusus, karena bersama Semaun, dan Kartosuwiryo di tahun 1916-1920 mereka belajar dengan seorang guru besar politik Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Walau baru di pertengahan tahun 1945, Bung Karno bertemu muka langsung dengan yang namanya Tan Malaka.

Pada 1921, seorang aktivis lulusan sekolah Akta Guru dari Haarlem Belanda bernama Tan Malaka, adalah sahabat dari HOS Tjokroaminoto yang beliau ajak bergabung dengan gerakan perjuangan anti kolonialisme nya, yaitu Sarekat Islam (SI).

Di tengah jalan, pada tahun 1921, Tan Malaka yang berjiwa revolusioner yang meledak-ledak, akhirnya lebih dekat dengan Semaun yang sama-sama tergila-gila dengan Revolusi Bolshevik Rusia 1917, yang melahirkan negara komunis pertama di dunia, Uni Soviet.

Kedekatan dengan Semaun secara tak sengaja melahirkan SI yang beraliran kiri, sementara SI kanan yang tetap memperjuangkan politik santun dan menonjolkan nafas Partai Islam, dipimpin oleh H. Agus Salim.

Sama-sama orang Minang, namun berbeda jalan perjuangan.

Hal ini yang membuat sedih HOS Tjokroaminoto sehingga ia tidak bersedia menanda tangani pakta bahwa ada dua SI, satu beraliran Islam murni, satu lagi SI bernafaskan Komunis.

Populer dan Disanjung di Negeri Orang, ditangkap dan diperlakukan baik-baik oleh bangsa asing, malah diculik dan dibunuh layaknya penjahat kelas teri oleh bangsa sendiri.

Dalam buku ini dikisahkan bagaimana demi memperjuangkan semangat komunis yang bagi Tan Malaka adalah semangat sosialis, keadilan merata bagi kaum proletar dengan kaum borjuis, tak ada ketimpangan sosial, maka Tan Malaka secara sengaja (karena aktif dalam rapat-rapat organisasi-organisasi komunis di berbagai negara) maupun secara tak sengaja, karena hidup dalam pelarian dan pembuangan, terpaksa bertualang ke berbagai negara di dunia.

1) Deli 1919, dilanjutkan dengan mendirikan sekolah SI di Semarang bagi rakyat jelata hingga tahun 1922. Sebelumnya ketika sekolah di Belanda dari 1913-1919, Tan Malaka sempat mengalami Perang Dunia I. Bahkan kekakgumannya pada tentara Jerman ketika itu, membuat ia mampir ke Belgia dan Berlin dan sempat ingin mendaftarkan diri sebagai tentara Jerman pada Perang Dunia I.

2) Dibuang ke Belanda pada tahun 1922 karena dianggap sekolah SI nya mengajarkan nafas “pemberontakan” terhadap pemerintah kolonial Belanda. Sedemikian aktifnya di Partai Komunis Belanda, sehingga Tan Malak sempat ikut Pemilu Caleg di Belanda pada Maret 1922, namun gagal karena usianya belum memenuhi usia minimal anggota Dewan di Belanda ketika itu, yaitu 30 tahun.

3) Berjuang ke Berlin pada September 1922

4) Ikut aktif dalam rapat-rapat Komintern (Partai Komunis sedunia) di Moskow Oktober 1922 dan Profintern (Gerakan Buruh Sosialis Sedunia) pada saat November-Desember 1922. Sedemikian menonjolnya Tan Malaka pada rapat-rapat itu, akhirnya ia diberi tugas menulis buku lengkap tentang Indonesia dan cita-cita perjuangannya yang akan dibagikan sebagai materi bacaan para anggota Komintern dan Profintern untuk pengenalan terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ia tinggal di Moscow hingga akhir tahun 1923

5) Pergi ke Kanton, Republik China pada Desember 1923, mendapat tugas menjadi pemimpin redaksi harian komunis berbahasa Inggris “The Dawn.

Dan bertemu dengan tokoh pujaannya yaitu Dr. Sun Yat Sen. Sejarah mencatat, hanya Tan Malaka lah satu-satunya pemimpin perjuangan kemerdekaan Indonesia yang pernah berkenalan langsung dengan sang pendiri Republik China yang ketika itu sedang menderita sakit kanker.

Atas bantuan Dr. Sun, maka Tan Malaka bertolak ke Singapura pada 1924.

Kemudian Tan Malaka sempat “lari” ke Filipina, tinggal di Manila dan bergaul dengan pemimpin dan pendiri Partai Komunis Filipina seperti Dr. Jose Abbad Santos, Mariano de Santos dan lainnya. Lalu setelah sempat ditangkap oleh polisi pemerintah kolonial Amerika Serikat di Manila, maka kemudian Tan di deportasi dan ia memilih kembali ke Kanton karena tidak memiliki kewarganegaraan akibat kewarganeraan Hindia Belanda dan Belanda nya dicabut setelah tertangkap dan dibuang dari Semarang ke Belanda.

Dari Kanton, Tan Malaka pada 1932 sempat ke Shanghai, lalu ke Hong Kong.

Di Hong Kong ditangkap polisi Inggris, diinterogasi oleh seorang utusan intelijen Pemerintah Hindia Belanda, Meneer Vriesbeen.

Dalam interogasi ini sekali lagi Tan Malaka menyatakan quote yang terkenal “Suara saya akan lebih nyaring terdengar dari dalam kubur, dibanding saat saya masih hidup di dunia”

Dan ia mencoba memperingatkan akan adanya bahaya Perang Dunia ke II yang lebih besar daripada Perang Dunia I yang ia alami sewaktu sekolah di Belanda.

Ia mengatakan kepada para polisi Inggris dan interogator Belanda di Hong Kong tersebut “Storm Ahead, Don’t Loose Your Head” (Badai mennati di depan, awas, jangan sampai Anda kehilangan kepala Anda”

Menurut Tan Malaka, arti harfiah dari ucapannya itu adalah peringatan kepada Pemerintah Kolonial Inggris dan Belanda bahwa wilayah-wilayah jajahan mereka di Asia, terutama Asia Tenggara terancam bahaya “musuh tak terlihat” yaitu Jepang yang saat itu sedang menggeliat mencaplok satu per satu wilayah di Republik China.

Tak ada penyiksaan maupun kemarahan Tentara Inggris dan Mr. Vriesbeen oleh jawaban-jawaban Tan Malaka dalam interogasi tersebut. Malah terkadang mereka tertawa bergurau.

Dan bahkan, dengan jujurnya Pemerntah Inggris di Hong Kong memulangkan Tan Malaka ke Kanton China, karena terikat Undang-undang bahwa seorang tahanan politik asing harus diperlakukan baik-baik dan dipulangkan ke tempat asalnya.

Ketika itu Tan Malaka tidak memiliki kewarga negaraan, dan ia masuk Hong Kong dari China, maka ia pun dikembalikan ke China. Dari China ia berkelana ke Rangoon Burma.

Kemudian ia masuk Singapura. Pindah dari Singapura ke Hindia Belanda melalui Penang, Malaysia

Ramalan Tan Malaka pun menjadi kenyataan ketika ia berada di Singapura tahun 1942, Singapura dibom dan diinvasi Jepang. Padahal saat itu dengan paspor sebagai seorang China, Tan Malaka sedang aktif mendirikan sekolah Bahasa Asing di Singapura, memanfaatkan kemampuan multi bahasa yang ia miliki, Inggris, Prancis, Belanda , Jerman, Russia, China, Tagalog, dan Melayu.

Hanya H. Agus Salim dalam sejarah politik Indonesia yang mampu mengalahkan jumlah bahasa asing yang dikuasainya. Tapi itupun sebagian besar Agus Salim menguasai bahasa bangsa Eropa, beliau tak bisa bahasa Tagalog Filipina yang dikuasai Tan Malaka hanya dalam 3 bulan pertama tinggal di Filipina.

Luar biasa jika kita membaca dari buku ini, romantika kisah petualangan keliling dunia nya Tan Malaka, dan kecerdasannya baik dalam menguasai bahasa asing maupun menguasai pergaulan dengan bangsa asing hingga ia dijadikan “Tokoh Penting” di negra-negara Belanda, Jerman, Russia, Kanton China, Filipina dan Singapura.

Di Tanah Airnya sendiri?

Akibat karakternya yang boleh dibilang “radikal”, maka akhirnya duet Soekarno-Hatta pun pelan-pelan berpisah jalan dengan Tan Malaka. Bahkan sedari awal Hatta yang sama halnya dengan Agus Salim, satu suku dengan Tan Malaka, sama-sama orang Minang, menentang rencana Soekarno menerima Tan Malaka di bulan Juni 1945 di rumahnya.

Dalam buku ini juga dikisahkan bagaimana Soekarno yang dibuat terpana dengan pandangan idealis dan Merdeka 100% nya Tan Malaka, bagimana Tan Malaka meminta agar Soekarno secepatnya memproklamirkan kemerdekaan RI, bila perlu dengan cara menyerang Jepang yang mulai banyak kalah perang di Pasifik ketika itu.

Karena sebagaimana jitunya prediksi Tan Malaka di tahun 1930-an bahwa akan pecah Perang Dunia ke II dengan Jepang tampil sebagai kekuatan yang tak terduga membantu Jerman menyerang Sekutu di Asia, maka kepada Soekarno pun, Tan Malaka menyampaikan suatu prediksi yang dicatat sejarah kemudian terbukti benar, bahwa Belanda akan segera membonceng Sekutu yang baru saja sukses mengalahkan Jerman di Eropa, untuk menyerang kekuatan Jepang yang mulai melemah di Hindia Belanda, dan merebut kembali klaimnya atas Hindia Belanda.

Soekarno sempat berwasiat kepada Tan Malaka ,”Jika saya dan Hatta suatu saat nanti mendapat hambatan baik dari pemerintah Jepang maupun pihak Barat, dalam menggerakkan rakyat, maka tahta kepemimpinan revolusi saya serahkan kepada Anda”.

Suatu penghargaan sedemikian tinggi dari calon Presiden Republik Indonesia yang pertama kepada orang yang selama ini hanya ia kenal dari buku tulisan Tan Malaka “Aksi Massa”, yang diakui mempengaruhi Soekarno dalam menggerakkan massa.

Namun itulah takdir Tan Malaka, ia karena hingga Agutsus 1945, menghindari incaran polisi militer Jepang, sehingga kecuali kepada Soekarno dan A. Soebardjo, maka kemana-mana Tan Malaka masih dikenal orang sebagai tokoh samarannya, Ilyas Hussein.

Sutan Syahrir, Hamngkubuwono IX, dan tokoh-tokoh perjuangan muda yang lain pun belum ada yang tahu jika Tan Malaka sang legenda perjuangan sosialis Hindia Belanda, masih hidup dan kala itu ada di sekitar mereka hidupnya, ketika menjelang Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan.

Karena hal itulah, ia “ditinggal” oleh gerakan pemuda yang menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, sehingga Tan Malaka pun tak hadir pada saat Proklamasi Kemerdekaan esok harinya, pun Tan Malaka tak “diingat” orang ketika pemerintahan Soekarno-Hatta kemudian hari membentuk Kabinet Presidium RI yang pertama, padahal ia amat berhak menempati satu posisi menteri jika melihat sepak terjang nya, bahkan Bung Karno bersedia menjadikan ia sebagai penggantinya.

Setelah sempat dipenjara oleh Pemerintah selama setahun (1947-1948) karena akitivitasnya yang ke kiri-kiri an, maka kemudian Tan Malaka bergerilya

Tan Malaka harus mengakhiri hidupnya secara tragis, dibunuh oleh tentara Pemerintah di tahun 1949, di suatu tempat yang belum diketahui keberadaannya hingga kini, di Kediri Jawa Timur.

Lahir di Sumatera Barat, berkelana ke Deli, Semarang, Amsterdam, Haarlem, Bussum, Rotterdam (Belanda), Brussel (Belgia), Berlin (Jerman), Kanton dan Shanghai (China), Hong Kong, Filipina, Singapura, menyusup ke Indonesia melalui Palembang lalu tinggal di Bayah, Banten akhir tahun 1942, hingga turut memperjuangkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 lalu berseberangan jalan dengan politik perundingan yang digagas duo Soekarno-Hatta, sehingga memilih berjuang di bawah tanah dengan Sutan Sjahrir, dan sempat menarik simpati Jendral TNI Soedirman.

Namun akhirnya, disinyalir tanpa seijin dan sepengetahuan Soedirman, akhirnya diculik dan dibunuh di Kediri Jawa Timur, oleh sebuah kesatuan TNI Macan Kerah pimpinan Kapten Sampoerno, di bawah komando Gubernur Militer Jawa Timur yang ketika itu dipimpin Kolonel Soengkono (yang kini jadi nama jalan di Surabaya, Mayjen Sungkono).

Sumber: Tan Malaka semasa gerilya bersama Jendral Soedirman 1947-1949 (id.wikipedia.org)
Tan Malaka bukan seorang atheis

Sebelum masa persembunyian di Bayah itulah, ia sempat melahirkan mahakarya genius yang terkenal berjudul “MADILOG”, sebuah buku teori filsafat yang mencerahkan bangsa yang ketika itu masih terkungkung oleh filsafat mistis, percaya takhayul, diajarkan berfikir logis dan cerdas ala masyarakat negara-negaraBarat ketika itu.

Perpaduan buah pemikirannya tentang Materialisme, Dialektika dan Logika yang ia pelajari dari Marxisme, dan Islamisme.

Membaca buku ini kita akan tahu bahwa Tan Malaka bukan lah seorang komunis atheis sebagaimana Karl Marx. Ia komunis karena revolusioner, namun tidak kafir hingga akhir hayatnya. Bahakan di buku ini ia menyatakan telah berkali-kali khatam Al Quran dan terjemahannya semasa di Eropa, dan hafal surat Yaasin.

Ia juga menentang dan akhirnya meninggalkan PKI akibat tidak mau mendengar nasihatnya untuk tidak memebrontak di tahun 1926. Juga ketika meletus pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, yang menewaskan sahabat-sahabat seperjuangannya Semaun, Muso, Alimin, Darsono, ia menyesalkan dan menentang mereka.

Padahal karena perkenalan dari keempatnya lah, di dekade 1920-an, Tan Malaka menjadi populer di kalangan Partai Komunis Eropa hingga menjadi sahabat Dr. Sun Yat Sen di China.

Petualang Sejati yang Tak Pernah Pulang Kampung dari Rantau, Menyendiri hingga akhir hayat

Pada tahun 1913 juga, bersamaan dengan ia diberi gelar Datuk Sutan Malaka, sebenarnya oleh orangtuanya, Tan Malaka, demikian kemudian ia lebih senang dipanggil, dijodohkan dengan seorang putri kaum terpelajar di kampung nya.

Namun ia menolak dengan alasan belum siap untuk menikah, dan akhirnya hingga akhir hayatnya ia hidup membujang, karena terlalu sibuk bertualang dan memikirkan nasib bangsanya dan masyarakat tertindas di seluruh dunia.

Padahal orangtuanya hanya punya dua anak lelaki. Dan sebagai yang tertua, Tan Malaka tidak pernah kembali pulang merantau sejak tahun 1913, dan kemudian malah mati membujang tak jelas makamnya dimana hingga kini.

Bagi seorang ibu Minang, sebagaimana ia kaui dalam buku ini, tak punya anak perempuan saja, sudah habis hak garis keturunannya termasuk warisan secara matrilineal yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Minangkabau.

Tambah lagi ia tak memberi mantu tak memberi cucu pada sang Ibunda, tidak pernah pulang pula sejak emrantau ke Belanda di usia 16 tahun. Walaupun ketika 1922 dibuang ke Belanda, dalam perjalanan, kapal yang membawanya ke Belanda sempat singgah beberapa jam di Teluk Bayur Padang, namun atas permintaannya, ia tak mengijinkan orangtuanya datang ke Teluk Bayur.

Di pelabuhan kala itu ramai massa yang mengelu-elukannya sebagai pahlawan perlawanan terhadap Belanda, namun hanya adiknya seorang yang menjadi saksi peristiwa tersebut. Orangtuanya tinggal di rumah di Lima Puluh Kota dekat Bukittinggi.

Ia tak ingin hati orangtuanya hancur, anak yang disekolahkan ke Belanda dengan harapan menjadi seorang pejabat dan Guru di Sekolah -Sekolah Hindia Belanda malah menjadi guru sekolah rakyat yang dianggap sebagai simbol pemberontakan.

Ia ketika itu, diperlakukan sebagai seorang penjahat.

Ia tak meninggalkan warisan keturunan maupun harta bagi keluarganya, namun ia meinggalkan warisan tak ternilai bagi bangsa nya, yaitu lahirnya negara Republik Indonesia yang ia bidani berempat bersama Soekarno, Hatta dan Syahrir.

Ia tak pernah menjadi anggota Kabinet Pemerintahan setelah Indonesia Merdeka, berseberangan jalan dengan ketiga kompatriotnya di atas, sama seperti ketika ia berpisah jalan dengan H. Agus Salim di SI, dengan Semaun dkk. di PKI….ia adalah seorang “Lone Ranger” kalau boleh saya sebutkan demikian.

Petualang penyendiri, yang memiliki massa di berbagai negara di dunia, namun tak pernah meimilik sahabat sejati dalam perjuangannya.

Demikian lah sekilas isi buku ini.

Menarik untuk difilmkan dalam format Layar Lebar

Saya kok berkesimpulan, bahwa kisah Tan Malaka dari buku ini menarik untuk difilmkan di layar lebar, dan akan laku dijual di pasaran film internasional jika digarap secara serius ala bioepic film Hollywood seperti Gandhi, Nixon, Kennedy, Lincoln dan lainnya.

Atau mungkin tak akan kalah menarik dari film Sukarno yang digarap Hanung Bramantyo tahun 2013 ini.

Karena ada beberapa adegan dalam buku ini, dikisahkan bagaimana di Belanda dalam rapat Parati Komunis, maupun ketika rapat Komintern di Russia, Tan Malaka dielu-elukan oleh massa yang sebagian berkulit putih setiap kali menyelesaikan pidato nya.

Hanya Soekarno yang memiliki kemampuan seperti ini, namun Soekarno sendiri mengakui dalam menguasai massa, ia banyak belajar juga dari Tan Malaka selain dari HOS Tjokroaminoto.

Adegan seperti ini akan tampak mengharukan jika difilmkan.

PENULIS
ANDHIKA HERU KOMPASIANA

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

Sinopsis Novel Sang Pemimpi

Sinopsis Novel Sang Pemimpi

Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Pertama terbit: 2006
Jumlah Halaman: 292

Sukses dengan Novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata kembali memukau pembaca dengan novel keduanya yakni Sang Pemimpi. Novel ini merupakan rangkaian kedua dalam seri tetralogi Laskar Pelangi. Apa yang diusung Andrea Hirata dalam novel kedua ini? Masih sama sebenrarnya dengan Laskar Pelangi, kisah tentang kekuatan mimpi, dinamika persahabatan, ambisi, cara memaknai hidup dan lainnya. Sebagai tetralogi, penyambung kisah novel pertama dengan novel kedua ini adalah tokoh Ikal. Jika pada Laskar Pelangi, kisah yang diusung adalah kehidupak kesepuluh anak-anak Laskar Pelangi, maka dalam Sang Pemimpi, Andrea membesut kisah persahabatan antara Ikal dan tokoh sentral lainnya bernama Arai. Mimpi mereka dimulai dari desa kecil di Belitong dan mereka impikan bermuara di Eropa, tepatnya di Perancis.

Kisah dalam novel ini dimulai dengan kehidupan tokoh ikal di Belitong pada saat ia masih SMA. Ia bersama saudara jauhnya yakni Ikal menjalani masa SMA yang menyenangkan meski berat sebab tuntutan ekonomi membuat mereka dewasa sebelum waktunya. Untuk tetap besekolah dan hidup, keduanya bekerja sebagai kuli di sebuah pelabuhan ikan. Waktu kerja mereka dini hari sehingga waktu sekolah tidak terganggu. Kegigihan mereka pada akhirnya terbayar saat mereka dewasa kelak. Ikal sendiri berhasil mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia, sementara Arai yang pada akhirnya kuliah di Kalimantan, menjadi seorang ahli biologi.

Selain Ikal dan Arai, ada tokoh sentral lain dalam novel Sang Pemimpi ini. Ia adalah Jimbron. Ia sendiri adalah anak yatim piatu yang diceritakan diasuh oleh seseorang bernama Geovanny. Ia berwajah bayi dengan tubuh gembur. Pemikirannya lurus, cenderung naĂŻf dan polos. Jimbron sangat menyukai kuda dan tahu seluk beluk hewan tangkas tersebut. Jimbron menjadi perekat hubungan Ikal dan Arai, oleh sebab keluguannya, ia mudah disayangi dan mendapat simpati. Persahabatan mereka juga tentang bagaimana melindungi Jimbron. Namun, selepas SMA, ketiga sahabat ini berpisah. Mereka berbeda rute dan dipisahkan kota.
Ada banyak tokoh pembantu lainnya dalam cerita ini antara lain Pak Mustar, Pak Drs. Julian Ichsan Balia, Nurmalala, Lakshmi, Taikong Hamim, Bang Zaitun dan masih banyak lagi lainnya. Kesemua tokoh ini mewarnai dinamika perjuangan Arai juga Ikal meraih mimpi. Novel ini menarik dengan bahasa yang tentu apik khas Andrea Hirata. Meski memang tak sefeonomenas Laskar Pelangi, namun Sang Pemimpi ini seperti sebuah “penuntasan” dari apa yang dikosongkan Laskar Pelangi. Sama seperti cerita tetralogi lainnya, saat Anda membaca buku pertama, maka seyogyanya Anda juga menuntaskkan novel lanjutannya.

Novel ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang mencintai mimpi. Ada banyak quote membangun yang sederhana namun penuh kekuatan. Membaca Sang Pemimpi akan membuat Anda berani menyongsong mimpi Anda sendiri. Ada satu quote yang cukup memorable dari buku ini, yakni:

“Kita tak kan pernah mendahului nasib!” teriak Arai.
“Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apa pun yang terjadi!”

Novel ini dibuka dengan kisah dua remaja tanggung yang mungkin tampak biasa. Namun seiring helaian halaman buku, Anda pasti jatuh cinta dengan kepiawaian Andrea. Sama seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi juga dipenuhi kalimat filosofis yang sederhana namun berat makna. Ia juga dibumbui komedi sedikit satir dan halus. Sinopsis Novel Sang Pemimpi ini membuka jalan Anda untu tertarik membaca novel secara utuh. Selamat berburu ya!

SUMBER http://sinopsisnovelku.blogspot.com

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar